Balada Sarmin
BALADA SARMIN
Suara petir menggelegar Memekakan telinga Hujan deras mengguyur bumi Awan gelap dingin memeluk
Sarmin terdiam di gubug reot Perutnya bicara Namun tak pernah di dengarnya
Dua hari tangan Sarmin tak menyentuh nasi Bibirnya mengering tak ada setetes air membasahi lehernya Tubuh Sarmin menggigil... Sarmin kelaparan
Saudara tak ada Tetangga diam tak menyapa Sarmin sudah gila katanya Biarkan mati dan mengubur sendiri
Sarmin maling yang terkucil Maling nasi sisa di warung mbok Minah Sarmin lapar, mencari sisa makanan di tempat sampah, lalu diteriaki maling
Ahhhhh..... Sarmin Laki-laki tua miskin yang gila karena lapar itu terdiam lunglai Lapar memeras perutnya dan dingin menusuk tulangnya
Saudaranya tak berbelas kasih Tetangga tak punya peduli
Sarmin tua tak bisa bekerja lagi Tenaga tua tak laku dijual Lelaki tua hanya bisa bernapas saja
Kemana nurani kamu manusia? Melihat kakek tua renta terbiar tak berdaya Digubug reot beralas kardus Memegang perut dan memeluk tulang
Tak punyakah sedikit kasih? lelaki tua butuh sesuap nasi Nasi sisa yang terbuang setelah perutmu kenyang.
Ahhhhh.... kalian memang kejam Membiarkan Sarmin mati kelaparan Laki-laki tua yang kalian anggap gila itu manusia Sama dengan kalian yang tak punya hati dan merasa hidup sendiri
Maling yang mencuri sisa nasi di tong sampah itu telah kalian biarkan mati.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus bu,.....barakallah salam kenal, ternyata satu kota
masa sih... Purbalinga mana jeng?
Bagus Bu Yanisa.
Terima kasih pak Pani
Puisi yang indah dan menggetarkan jiwa bagi pembacanya. Salam Literasi
Terima kasih pak Wahyu... salam literasi