Yanisa Yuni Alfiati

Guru SMA Negeri 1 Padamara Mapel Biologi Unnes ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berita kematian-1

Berita kematian-1

"Bu.. bu... pak Tito jatuh pingsan saat main bulu tangkis. Mendengar teriakan d tetangganya itu Bu Tito langsung berdiri dari duduknya menonton televisi. Dia pun langsung bergegas menuju ke pintu. Dibukanya pintu itu dengan cepat. " Bapak kenapa mas Iwan? " Tanya bu Tito cemas. Dia langsung saja berlari menuju ke lapangan di RT nya tanpa menunggu jawaban dari Iwan. "Gak tahu bu. Tiba-tiba saja pak Tito jatuh." Iwan yang berjalan dibelakang bu Tito mencoba menjelaskan.

Begitu sampai di lapangan tampak orang-orang sedang mengerubungi pak Tito. Melihat kedatangan bu Tito mereka langsung memberikan jalan. Bu Tito yang melihat suaminya tergeletak tak berdaya langsung menangis sambil mencoba untuk membangunkannya. "Bapak bangun pak." Teriak bu Tito sambil tangannya menepuk pipi pak Tito. Napasnya begitu pelan. Tubuhnya lunglai tak bertenaga. Pak Tito tetap terdiam meski beberapa orang berusaha membantu untuk membangunkannya.

Sebentar kemudian mobil pak Yanto datang. "Mobilnya sudah datang." Teriak warga dari jalan. Pak Yanto langsung mendekat ke lapangan. "Bu, gimana kalau kita akan bawa pak Tito ke rumah sakit?" Tanya pak Yanto pelan sambil menepuk pundak bu Tito. Mendengar suatu pak Yanto, Bu Tito lansung bangkit. "Iya pak, ayo pak, cepat ya pak. " Suara bu Tito mempersilakan suaminya dibawa ke rumah sakit. Air mata bu Tito masih saja mengalir saat menemani suaminya menuju ke rumah sakit. ** Pak Tito adalah seorang pedagang baju yang ulet . Dari hasil kerjanya itu pak Tito berhasi membangun rumah yang cukup besar. Bahkan tahun ini rencananya pak Tito mau membeli mobil. Itu menurut berita yang disampaikan oleh bu Tito sendiri yang mengatakan bahwa suaminya sedang menabung untuk membeli mobil.

Pak Tito yang berusia sekitar empat puluh tahunan memang masih terlihat gagah. Ditambah dengan uang yang banyak, pak Tito mampu menarik hati Asri tetangganya. Rumor yang beredar Pak Tito selingkuh dengan Asri sejak beberapa tahun yang lalu. Suami Asri ataupun istri dari pak Tito sendiri tahu tentang hubungan keduanya, namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan dari perselingkuhannya itu lahirlah anak dari Asri yang kemudian diakui oleh suami Asri sebagai anaknya. Namun sejak tiga tahun terakhir, Tito sudah tidak berhubungan lagi dengan Asri. Tito sudah bertaubat. Hampir setiap jam shalat dia selalu jamaah di masjid. Bahkan katanya Tito mulai belajar membaca Al Quran. Entah apa yang membuatnya berubah. Yang jelas dia benar-benar menjadi sosok yang religius sekarang.

Beberapa hari terakhir RT tempat tinggal pak Tito memang sedang mengadakan perayaan HUT RI. Salah satu lomba nya adalah badminton. Kebetulan pak Tito ikut menjadi pesertanya. Sebenarnya malam ini adalah semifinal. Pak Tito memang termasuk pandai bermain minton, sehingga dia masuk semifinal. Namun entah kenapa tiba-tiba pak Tito jatuh pingsan. Padahal menurut informasi yang ada, pak Tito tidak mengidap penyakit apapun.

Sesampainya di rumah sakit, pak Tito langsung masuk IGD. Alhamdulillah pak Tito sudah sadar selang beberapa waktu di rawat di rumah sakit. Istrinya pun bisa bernapas lega. Digantinya baju suaminya yang kotor karena jatuh di lapangan tadi. "Bapak sudah sehat beneran?" Tanya Bu Tuti. "Iya bu." "Kalau Ibu ganti bajunya, bapak kuat gak duduk?" Bu Tuti bertanya sambil memegang tangan pak Tito. "Iya, bapak kuat." Jawab pak Tito sambil berusaha untuk duduk. Melihat hal itu ibu Tito berusaha untuk membantu suaminya.

"Bu, Bapak mau ke kamar mandi dulu." Ucap pak Tito. "Bapak mau apa?"Tanya bu Tito. "Perut bapak mules" Pak Tito berusaha melangkahkan kakinya ke lantai. Meski masih tampak lemah, namun pak Tito berusaha untuk berjalan sendiri ke kamar mandi. "Ibu bantu ya pak." Bu Tuti menawarkan diri. Pak Tito mengangguk. Bu Tito pun mengantarkan pak Tito sampai ke dalam kamar mandi. Karena pak Tito mau BAB, bu Tito pun memilih untuk menunggu di luar kamar mandi.

Tak berapa lama terdengar suara pak Tito mengguyurkan air ke kloset. Bu Tito pun setia menunggu suaminya di luar kamar mandi. Lima menit berlalu, pak Tito tak kunjung keluar dari kamar mandi. Padahal suara air sudah berhenti dari tadi. Merasa khawatir bu Tito pun mengetuk pintu kamar mandi. "Pak, Bapak sudah selesai?" Suara bu Tuti sedikit agak keras. "Sudah bu. Sebentar, kepalaku pusing." Jawab pake Tito lirih. Mendengar suara pak Tito, istrinya langsung membuka pintu kamar mandi. Dia khawatir dengan kondisi suaminya yang masih lemah.

Benar saja, ketika pintu kamar mandi di buka terlihat pak Tito sedang bersandar di dinding kamar mandi sambil memegang kepalanya. Bu Tito langsung memapah suaminya ke atas kasur. Bajunya basah. Mungkin tadi kesiram air saat membersihkan diri. Pak Tito tampak lemah. Nafasnya tidak teratur. Takut suaminya masuk angin, bu Tito segera mengganti baju suaminya itu.

Begitu selesai mengganti bajunya, bu Tito berencana untuk memberi suaminya teh hangat. "Bapak minum teh dulu ya?" Bu Tito mengajak suaminya itu berkomunikasi. Namun pak Tito seperti tak meresponnya. Bu Tati mulai khawatir melihat kondisi suaminya. Dia pun langsung memanggil suster jaga yang ada di kamar depan. Suster pun segera datang. Ada beberapa tindakan yang dilakukan, namun suster itu seperti gugup kembali ke ruang jaga. Bu Tito hanya bisa menangis melihat kondisi suaminya. Dipandanginya wajah suaminya yang pucat. Bu Tito langsung memegang tangan pak Tito. Tangannya pun terasa dingin. Jantung bu Tito berdetak kencang. Dia begitu khawatir jika terjadi sesuatu dengan suaminya. Rasa takut kehilangan mulai merayap masuk ke dalam hatinya. Air mata bi Tito mengalir lebih deras lagi. "Laa ilaaha illallah" Bu Tito berusaha membisikkan lafaz tauhid di telinga suaminya. Diulangnya berkali-kali sambil terus mengusap air mata yang tak mau berhenti.

Tak berapa lama dokter pun menyusul ke kamar inap pak Tito. Napas pak Tito semakin cepat, wajahnya pucat pasi, tubuhnya juga semakin dingin, tak ada respon. Pak dokter langsung memeriksa kondisi pak Tito. Bu Tito sedikit mundur ke arah belakang. Setelah melakukan pemeriksaan, pak dokter menghampiri bu Tito. "Di lanjutkan kalimat tauhidnya bu, ke telinga bapak. Ibu berdoa semoga bapak diberikan yang terbaik."Ucap dokter itu. Bu Tito menggangguk pelan. Perasaannya hancur, kalimat dokter seolah menegaskan bahwa dia akan kehilangan suaminya. Air matanya terus mengalir, namun keinginan untuk mengingatkan suaminya pada sang pencipta diakhir kematiannya membuat bu Tito kembali membacakan kalimat tauhid di telinga suaminya. "Laa ilaaha illallah." Terlihat air mata terbendung disudut mata suaminya. Entah pak Tito mendengar entah tidak, namun beliau seperti merasakan bahwa sebentar lagi dia akan pergi dan meninggalkan istrinya untuk selamanya.

Tiba-tiba napas pak Tito tak terdengar lagi. Bu Tuti langsung berhenti membacakan lafaz tauhid dan melihat ke wajah pak Tito. Tak ada gerakan apapun di sana. Pak Tito sudah menghembuskan napasnya yang terakhir. Bu Tuti historis, dipanggilnya nama suaminya itu. Melihat suasana tidak kondusif untuk pasien lain, suster pun berusaha untuk menenangkan bu Tito.

Kematian pak Tito yang tiba-tiba membuat semua keluarga dan tetangganya kaget. Semoga khusnul khotimah pak Tito, diampuni segala dosa dan diterima amal perbuatannya... aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bunda. Cerita yg membuat hanyut pembaca. Salam literasi

27 Mar
Balas

Terima kasih bunda... sukses selalu bunda dan barakallah

27 Mar

Berita kematian yang memilukan....

26 Mar
Balas

Begitulah bunda... sukses selalu bunda dan barakallah

26 Mar

Inna lillahi wainnailaihi roojiuun. Allahummafirlahu warhamhu waafihi wa'fuanhu. Aamiin ya robbal alaamiin.

26 Mar
Balas

Terima kasih bunda doanya... tapi itu hanya sebuah cerpen.sukses selalu bunda dan barakallah

26 Mar

Iya, Bunda Yanisa. Uthi masuk ke cerpen itu...hiks...hiks...hiks.

26 Mar

terima kasih bunda cantik apresiasinya... cup.. cup... chayang

26 Mar

Cerita yang luar biasa, selalu mengundang rasa tersayat. Sukses selalu dan barakallah fiik

26 Mar
Balas

terima kasih bunda.. sukses selalu bunda dan barakallah

26 Mar

Kematian tidak bisa kita ketahui kapan datangnya...Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah Bu Yanisa..

26 Mar
Balas

salam sehat dan sukses selalu bunda... Terima kasih kunjungannya

26 Mar

Kisah yang menguras emosi, Keren..... salam sehat

27 Mar
Balas

terima kasih bunda.. sukses selalu bunda dan barakallah

27 Mar

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun

26 Mar
Balas

Terima kasih kunjungannya bunda

26 Mar

cerpen yang menarik. kayaknya kematian Pak tito memulai memasuki konflik yang sesungguhnya, selamat berkarya

26 Mar
Balas

hehehe... entahlah pak sabar.. sukses selalu

26 Mar



search

New Post