Yanisa Yuni Alfiati

Guru SMA Negeri 1 Padamara Mapel Biologi Unnes ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjemput Fajar-2

Menjemput Fajar-2

Beberapa hari ini ikan seperti pergi menjauh dari jaring bapaknya Ali. Ikan yang diperoleh hanya sedikit. Emak Ali ribut, uang hasil njaring ikan hanya cukup untuk makan. Padahal tetangga sebelah sebentar lagi punya hajad. Emak butuh uang untuk kondangan. Bapaknya Ali sudah tidak bisa lagi mengandalkan uang hasil dari menjaring ikan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Utang di warung sudah menumpuk. Emak Ali sudah tidak boleh hutang lagi sebelum utang-utang kemarin dilunasi. Cobaan hidup, kekurangan uang telah membuat kehidupan keluarga Ali tidak nyaman. Emak dan bapaknya terdengar beberapa kali ribut masalah uang.

Setelah beberapa hari berpikir, bapaknya Ali berinisiatif untuk kerja di luar kota. Hal itu dia sampaikan kepada istrinya setelah bapaknya Ali tidak menemukan jalan yang lain lagi. "Bapak mau ke Jakarta saja mak." Kalimat itu keluar dari bibir bapaknya Ali sambil memakan ubi rebus yang sengaja dihidangkan oleh Emaknya. Di meja itu hanya ada secangkir kopi saja. Kopi manis yang menjadi menu sore untuk bapaknya Ali. Emak terlihat kaget saat mendengar ucapan suaminya. Namun setelah sebentar berpikir emaknya langsung mengiyakan.

"Ya sudah pak. Mau bagaimana lagi. Bertahan di kampung dengan menjaring ikan di sungai tak akan bisa mengubah nasib kita." Jawab Emak dengan raut wajah sedih. Ali sendiri hanya bisa mendengar sambil terus mengunyah ubi rebus untuk mengisi perutnya. Ali masih terlalu kecil untuk paham masalah yang tengah di hadapi orang tuanya. "Dua hari lagi bapak berangkat. Bapak akan kerja bareng Lik Minto. Tegas bapak Ali. "Iya pak. Yang penting jangan lupa kirimannya kalau ada orang kampung yang pulang ya pak." Ucap Emak mengingatkan suaminya.

Ali terdiam. Sejujurnya Ali tidak mau bapaknya pergi. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya. "Kamu jaga Emak dan Adikmu ya Li selama bapak pergi. Jangan nakal. Kasian ibumu." Pesan bapak Ali kepada Ali yang masih duduk mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya itu. "Iya pak." Jawab Ali singkat. ***

Kepergian bapaknya ini menjadi harapan baru bagi keluarga Ali untuk memperbaiki keadaan ekonominya. Emak sangat ingin hidup layak seperti tetangganya. Tidak punya utang di warung dan bisa membeli sesuatu yang Emak dan anak-anak inginkan. Hari itu bapaknya Ali berangkat ke Jakarta dengan bekal uang secukupnya. Tekadnya sudah bulat, ingin mengubah nasib keluarganya.

Saat itu Ali yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar. Meski Ali baru kelas Tiga tapi umurnya sendiri sudah hampir 12 tahun. Maklum Ali masuk SD setelah umurnya 9 tahun. Itupun karena pak Tri yang kerap datang ke rumah dan membujuk bapaknya agar Ali bisa sekolah. Waktu itu bapaknya tidak mau menyekolahkan Ali, uang adalah alasannya yang utama.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan ikut berganti bulan. Belum ada kabar dari bapaknya yang saat ini merantau di Jakarta. Sementara itu kebutuhan keluarga setiap hari harus di penuhi. Emaknya bingung tak tahu harus kerja apa. Sesekali Emak membantu di rumah tetangga. Tak ada bayaran uang. Hanya saja kalau pas pulang Emak selalu membawa makanan. Lumayan untuk mengganjal perut Ali sekeluarga.

Melihat keadaan itu, Ali mencoba membantu Emaknya. "Ali mau njaring ikan Mak. Jaring bapak yang ada di belakang Ali pakai." Ucap Ali penuh keyakinan. Mendengar kalimat anaknya Emak kaget. "Memangnya kamu mikir njaring di sungai malam-malam tidak berbahaya. Tidak boleh. Kamu sekolah saja yang rajin biar jadi anak pintar. Besok ibu akan cari kerja ke kampung sebelah. Bantu-bantu di rumah orang tapi yang dapat uang. kamu tidak usah khawatir." Ucap Emak menenangkan Ali. "Aku akan bantu Emak cari uang. Emak jangan khawatir. Nanti malam aku akan njaring sama Lik Madi. Tadi Lik Madi sudah bilang akan mengajari aku." Ali tetep ngotot ingin ikut njaring ikan di sungai nanti malam. Tekadnya sudah bulat. Ali berjalan ke belakang rumah. Dia mengambil jaring bapaknya untuk dperiksa kondisinya. Melihat kemauan anaknya yang begitu kuat, Emaknya tak lagi mampu melarang keinginan Ali. "Ya sudah. tapi kamu hati-hati. Pulangnya juga jangan terlalu malam ya Li." Pesan Emaknya.

Sejak saat itulah Ali kecil terpaksa berperan menjadi tulang punggung bagi ibu dan satu orang adiknya. Menjadi penjaring ikan sudah menjadi pilihan Ali. Berbekal ilmu yang bapaknya berikan ditambah bimbingan dari Lik Madi, Ali menjadi penjaring ikan yang ulung. Hampir tiap hari Ali selalu mendapatkan ikan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Meski sudah bisa cari uang, Ali tak pernah melupakan sekolahnya. Ali kecil yang tiap malam njaring ikan, tetap bersekolah di pagi harinya. Dia tidak ingin mengecewakan Emaknya yang ingin melihatnya jadi anak pintar. Karena itulah meski kadang rasa lelah dan kantuk menderanya, Ali tetap belajar di sekolah.

Menjadi penjaring ikan di sungai membuat pergaulan Ali tidak dengan teman seusianya. Teman Ali berusia jauh lebih tua darinya. Rata-rata merek seumuran dengan bapaknya. Biasanya Ali berangkat ke sungai setelah isya dan pulang sekitar jam 10 sampai 11 malam. Memang sudah rejeki keluarga Ali, setiap hari selalu saja ada ikan yang berhasil Ali jaring. Biasanya ikan hasil tangkapannya itu akan langsung di garang dengan asap oleh Emaknya. Dan esok paginya ikan asap tadi di jual oleh Emaknya ke pasar. Lumayan hasil penjualan bisa untuk membeli bahan makanan untuk keluarganya. ******

Menjaring ikan di sungai Gintung, adalah pengalaman Ali yang menyisakan banyak kenangan. Pernah satu kali Ali terperangkap banjir di tengah - tengah sungai. Ali memang terbiasa menjaring ikan sampai ke delta yang ada di tengah sungai. Saat itu hujan gerimis. Mengingat kebutuhan hidup untuk esok hari, Ali tetap nekad pergi menjaring. Beruntung pak Madi juga berencana tetap njaring, sehingga Ali tak sendiri. Begitu Ali berada di delta, tiba-tiba banjir datang. Airnya lumayan tinggi dan memaksa Ali untuk bertahan di tengah delta. Ali tidak mungkin untuk menyebrang sungai saat tinggi air melebihi tinggi badannya. Ali kecil harus menunggu sampai air surut. Sesekali ia menjaring ditepi delta yang kebanjiran. Alhamdulillah ada ikan yang nyangkut dijaringnya. Bajunya basah kuyup karena tetesan air hujan yang mengguyurnya semalaman. Ali pun pulang dengan kulit keriput karena kedinginan.

"Emak... ini Ali bawa ikan lumayan banyak." Ucap Ali sepulang dari njaring ikan semalaman. "Alhamdulillah... kamu sudah pulang. Kenapa kamu baru pulang jam segini nak. Emak khawatir terjadi apa-apa sama kamu. Semalam hujan tak kunjung berhenti. "Semalam aku ketiduran Mak di gubug dekat sungai ketika menunggu hujan reda." Jawab Ali. Ali terpaksa berbohong agar Enaknya tidak khawatir. "Syukurlah. Lain kali kalau hujan kamu langsung pulang saja." Pesan Emak Ali. "Iya Mak." Jawab Ali pendek.

"Sini Emak bersihkan... sekalian langsung Emak asap." Ali langsung memberikan ikan tangkapannya tadi kepada Emaknya. "Emak sudah masak Li, kamu makan dulu. Pasti kamu lapar. Dia pun segera menuju ke meja makan. "Tumben Emak sudah masak jam segini?" Tanya Ali. "Emak gak bisa tidur, ibu khawatir kamu kenapa-napa. Karena ibu bingung tak tahu harus berbuat apa. Maka ibu masak saja. Siapa tahu kamu pulang dan kelaparan. Di liatnya seiring nasi dengan tumis tempe. "Terima kasih Mak." "Iya. Tapi kamu ganti baju dulu." Kata Ibunya. Ali segera ganti baju. Setelahnya Ali melahap masakan Emaknya. Perut Ali yang lapar membuatnya menghabiskan sepiring nasi dalam hitungan menit. Setelahnya Ali langsung masuk ke kamar untuk tidur.

Baru sebentar tidur, ayam sudah berkokok. Emak Ali bersiap untuk pergi ke pasar. Seperti biasa Emak akan menjual ikan asap hasil tangkapan anaknya itu. Sebelum berangkat Emak bermaksud membangunkan Ali untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Namun Ali tampak mengerubungi badannya dengan sarungnya. Ali menggigil kedinginan. Melihat hal itu, Emak segera memegang kening Ali.

"Kamu sakit Li? " Tanya Emak."Badanmu panas." Ucap emaknya. "hhh.. hhh.. gak apa-apa mak. Ali cuma kedinginan, Emak jangan khawatir. Sebentar Ali juga sembuh." Ucap Ali kecil menenangkan Emaknya. "Emak beli obat dulu ke warung ya Li" dan buatkan Ali sarapan. Emak gak usah jualan. Ini ikannya kita makan saja." Terang emaknya. "Tidak mak. Emak pergi saja ke pasar. Kalau Emak gak jualan nanti Adik gak bisa beli jajan. Nanti Emak jadi ngutang lagi di warung." pinta Ali. Ali segera bangun untuk membuktikan pada Emaknya dia baik-baik saja. Melihat anaknya bangun, Emak Ali jadi percaya kalau Ali baik-baik saja. "Ya sudah, emak ke pasar dulu ya. Tapi kalau Ali sakit, Ali tidak usah berangkat ke sekolah." Ujar ibunya. Ali mengangguk. Dilihatnya Emaknya berlalu sambil menggendong adiknya dipunggung. Tampak adiknya masih tertidur pulas dalam gendongan Emaknya saat berangkat ke pasar. Maklum Emak harus berangkat setelah subuh supaya bisa sampai dipasar pagi hari.

Ali kecil tak menghiraukan sakitnya. Ia tetap berangkat sekolah meski pusing di kepala belum pergi semuanya. Ali tidak mandi pagi itu. Dia hanya menggosok giginya dan membersihkan mukanya. Ali hanya minum segelas teh manis karena tadi sebelum tidur dia sudah sarapan. Ibunya sangat jarang memberi uang saku . Karenanya Ali juga jarang membeli jajan di sekolah. Kalau ada uang lebih dari jualan ikan di pasar, baru Ali diberi uang jajan. Itupun Ali tak berani gunakan. Dia simpan uang di dalam tasnya, dan baru dia pakai jika memang butuh. Kalau perutnya lapar dan tidak bisa di tahan, Ali akan mengambil uang simpanannya itu untuk membeli ketupat dan gorengan. *****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kelak Ali akan menjadi anak yang gigih, pantang menyerah dan penuh tanggung jawab. Semua itu akan menjadi modal baginya untuk sukses. Bunda sayaaang, Emak Ali banyak "utang" di warung, bukan "hutang". Cepetan Bunda edit, ntar Alien ea ea ikutan utang...hihihihi. Maaf ya Bunda syantiiiqqqq. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bunda.

08 Mar
Balas

hehehe.... oke bunda... semangat... langsung edit... sukses selalu bunda dan barakallah

09 Mar

Subhanallah, perjuanhan hidup seorang. anak manusia. Sesuatu banvet Bund. Sukses selalu dan barakallah fiik

08 Mar
Balas

Hidup tak selalu indah ya bun... sukses selalu bunda... dan barakallah

08 Mar

Ali...Kamu akan tumbuh menjadi anak yang kuat...

08 Mar
Balas

Inshaa Allah bunda... Sukses selalu bunda dan barakallah

08 Mar



search

New Post