Yanisa Yuni Alfiati

Guru SMA Negeri 1 Padamara Mapel Biologi Unnes ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjemput Fajar-5

Menjemput Fajar-5

Ali sudah memutuskan untuk keluar dari sekolahnya, meski sebenarnya jauh di lubuk hati, Ali masih ingin sekolah seperti teman-temannya. Keadaan keluarganya, ditambah sikap teman-temannya telah memaksanya untuk berhenti sekolah. Keputusan Ali ini sangat disayangkan oleh ibunya dan gurunya. Bahkan beberapa kali pak gurunya datang ke rumah untuk meminta Ali sekolah lagi.

"Ujian sekolah tinggal 6 bulan lagi Li, eman-eman. Kamu lanjutkan dulu sampai lulus. Kalau kamu punya ijazah kan bisa buat cari kerja di kota Li." Ucapan pak Arif berusaha untuk membujuk Ali agar mau sekolah lagi. "Ali malu pak guru. Teman-teman sering meledek aku dengan sebutan tukang njaring. Belum lagi mereka menghina Ali karena baju, sepatu dan tas Ali. Ali juga sudah tak bisa beli buku lagi pak guru." Ali berbicara lirih, menjelaskan alasan kenapa dia memilih berhenti untuk sekolah.

"Ya sudah, yang penting kamu sekolah lagi dulu. Bapak janji besok tidak ada lagi teman-teman yang mengejek Ali. Untuk urusan baju, tas dan sepatu nanti bapak kasih bekas anak bapak, si Yono yang sekarang kelas satu SMP. Inshaa Allah masih pantas untuk dipakai. Dan bapak juga akan belikan kamu buku yang baru." Ucap pak Arif sembari mengelus kepala Ali. "Saya akan membantu Emak saja pak guru. Cari uang untuk bayar utang Emak. Hasil menjaring ikan di sungai masih kurang pak guru. Kalau Ali sekolah, Emak nanti bertambah terus hutangnya di yu Tinah. Jadi Ali tetap akan keluar sekolah pak guru." Jawab Ali tegas. Emaknya sendiri hanya diam mendengarkan pembicaraan antara Ali dengan pak gurunya. Keputusan Ali sudah bulat. Tidak ada lagi yang bisa merubahnya. Bujukan dari pak Arif sudah tak mempan lagi. Dia akan tetap bekerja untuk membantu keuangan Emaknya. Melihat anaknya yang kekeh dengan keputusannya itu, Emaknya hanya pasrah. Hanya doa yang senantiasa tersemat, agar Ali sehat selalu dan bisa menggapai cita-citanya suatu saat nanti. ***

Hari ini, hari pertama Ali bekerja mencari rumput untuk kambing pak Darso. Ada banyak kambing yang harus Ali beri makan rumput. Dari satu karung rumput Ali akan mendapatkan beras sebanyak 4 gelas atau setara dengan 1 liter beras. Biasanya Ali bisa mendapatkan rumput sampai 3-5 karung dalam sehari dari pagi sampai sore. Meski untuk mendapatkan rumput, terkadang Ali harus menyebrang sungai sampai dia menemukan rumput untuk diambilnya.

Dengan penuh semangat Ali pamitan pada Emaknya untuk mencari rumput. "Ali berangkat dulu mak. Doakan Ali Mak biar rumputnya dapat banyak." Pamit Ali sambil mencium tangan emaknya. Dibelakang punggung tampak kantong dan arit untuk merumput.

Sepulang dari mencari rumput, Ali segera merebahkan badannya diatas dipan dengan kasur tipis yang kapuknya sudah mengeras. Di luar sudah sangat mendung, sebentar lagi akan turun hujan. Ali menatap ke atas kamarnya. Ada beberapa lubang diatap yang terbuat dari seng itu. "Rumah sudah pada bocor semua. Kasihan Emak. Dapurnya kebanjiran kalau pas turun hujan. Kapan ya aku punya uang untuk beli seng bekas, supaya atap rumah gak bocor lagi?" Tanya Ali dalam hati.

Sebenarnya tak hanya dapur Emaknya yang bocor. Kalau hujan datang, air akan masuk ke dalam rumah melalui lubang atap yang ada di ruang tengah dan juga kamarnya. Namun saat ini keuangan Ali belum memungkinkan untuk membenahi rumah. Banyak kebutuhan selain makan yang harus Emaknya keluarkan. Contohnya kondangan, nengok orang sakit, iuran desa. Belum tahun depan, kemungkinan adiknya akan masuk sekolah dasar. Ali hanya bisa merenung untuk mencari jalan keluar. Sementara Ali sendiri belum bisa berbuat apa-apa melihat kondisi rumahnya yang makin hari makin parah.

Mata bocah itu sudah mulai mengantuk, badanpun begitu letih setelah seharian mencari rumput. Siang hari Ali memang harus istirahat, supaya nanti malam bisa menjaring ikan dengan kondisi tubuh yang fit.

Baru saja Ali memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar air hujan turun dengan deras. Ali pun terbangun kembali. Setengah sadar, dia langsung pergi ke belakang rumah mengambil ember untuk menampung air hujan yang menerabas masuk ke dalam kamarnya dan ruang tengah. Setelah ember tertata ditempatnya, Ali pun segera naik ke dipan untuk meneruskan tidurnya kembali. Sementara Emak dan adiknya sudah tertidur lelap dikamarnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga hujan segera reda, agar rumah Ali tidak kebanjiran. Ali...Ali.., semoga deritamu ada akhirnya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bunda Yanisa.

18 Mar
Balas

Aamiin... Terima kasih bunda... jangan lupa sekalian edit tulisan ya bun... hehehe... sukses selalu bunda dan barakallah

18 Mar

Ali sudah datang lagi ...

18 Mar
Balas

Yeeeeeeeee..... semangat pak Mardi

18 Mar



search

New Post