Yanisa Yuni Alfiati

Guru SMA Negeri 1 Padamara Mapel Biologi Unnes ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjemput Fajar-6

Menjemput Fajar-6

Hari-hari dilewatinya dengan penuh kesabaran. Ali tak pernah mengeluh dengan apa yang menimpa dirinya. Dia juga tak pernah menyalahkan takdir atas apa yang terjadi. Semangatnya untuk membahagiakan Emak dan adiknya menjadi sebuah kekuatan untuk Ali bertahan. Tak ada kata lelah apalagi menyerah dalam menghadapi persoalan hidup. Ali terus berusaha, bekerja keras tanpa mengenal lelah demi tercukupinya kebutuhan keluarga.

"Nanti sore Emak mau kondangan ke yu Ratmi, Tanto teman sekolahmu mau disunat." Emaknya tampak sibuk menyiapkan panganan untuk disumbangkan nanti sore. Sementara itu Ali yang mendengarkan cerita Emaknya itu menjadi teringat kalau dia sendiri juga belum di sunat.

"Kalau Ali kapan mau di sunat Mak?" Tanya Ali dengan penuh semangat.

" Nunggu bapakmu pulang nanti. Inshaa Allah begitu bapakmu pulang dan bawa uang, kamu langsung di sunat. Tapi gak di rame-rame seperti Tanto. Gak papa ya Li. Kita langsung ke pak mantri saja. Habis itu syukuran." Jelas Emak Ali.

Mendengar penjelasan Emaknya Ali terdiam. Ada keraguan yang datang dibenaknya. Selama ini kabar dari bapaknya tidak pernah lagi dia dengar. Satu tahun lebih bapaknya tidak pulang dan juga tidak pernah kirim uang.

"Memangnya bapak pulang kapan, Mak?" Tanya Ali penasaran. Emak pun kaget mendengar pertanyaan dari Ali. Dadanya sesak. Dia sendiri tak tahu dimana keberadaan suaminya itu. Lalu bagaimana dia bisa tahu kapan suaminya itu pulang. Di hirupnya napas dalam-dalam. Emak mencoba menenangkan batinnya yang tiba-tiba saja bergemuruh.

"Emak juga gak tahu kapan bapakmu pulang Li." Emak langsung menghentikan pekerjaannya. Ditatapnya wajah anaknya yang lugu itu. Mata Emak berkaca-kaca. Ingin rasanya emak menangis sekeras-kerasnya. Dia menyadari apa yang ditanyakan Ali itu merupakan pertanyaan yang pantas ditanyakan. Emak paham benar jika Ali merasa ragu dengan kepulangan bapaknya.

"Bagaimana kalau bapak gak pulang-pulang, Mak? Apa Ali gak bakalan di sunat. Ali sudah besar, Mak. Ali malu kalau di tanya orang-orang." Ucap Ali lirih.

Kepalanya menunduk. Ada raut kekecewaan diwajahnya.

Melihat anaknya bersedih, Emaknya merasa bersedih. Sudah seharusnya urusan sunatnya Ali menjadi tanggung jawabnya dan suaminya. Namun kenyataannya, saat ini suaminya tak bertanggung jawab pada keluarganya di kampung. Sementara ini uang hasil Ali bekerja hanya cukup untuk makan dan kebutuhan yang lain. Kalau pun ada kelebihan, biasanya dipakai buat nyicil utang Emaknya di warung yu Tinah.

"Ya sudah, Ali gak usah khawatir. Pokoknya nantk Mak akan maksa nabung untuk sunatnya kamu. Kamu yang sabar ya." Ucap Emak Ali lirih sembari menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia tak ingin anaknya melihat kesedihannya. Di elusnya rambut putra kesayangannya itu.

"Iya mak. Ali akan bersabar. Doakan Ali dapat ikan banyak nanti malam ya, Mak. Biar kita bisa mulai nabung." Ali berbicara sambil matanya menatap lurus ke depan.

***

Malam ini Ali kembali menjaring ikan di sungai. Sesampainya di sungai, Ali tidak langsung menjaring ikan. Dia memilih untuk duduk di tepi sungai. Matanya melihat ke arah air yang mengalir teratur dengan suara riaknya yang gemericik menenangkan jiwa. Ali mulai berpikir bagaimana caranya mendapatkan uang lebih untuk biaya sunatnya nanti. Dia harus mencari uang tambahan. Tapi Ali tak tahu harus kerja dimana lagi. Melihat Ali duduk menyendiri, Lik Madi pun mendekatinya.

"Kamu kenapa Li?" Tanya lik Madi. Ali tampak kaget mendengar sapaan dari lik Madi.

"Eh... lik Madi. Kebetulan lik. Ali sedang butuh bantuan dari lik Madi." Ucap Ali.

"Waduh. Bantuan apa Li. Lik Madi sendiri masih butuh di bantu." Lik Madi kemudian duduk di sebelah Ali.

"Ali butuh uang banyak lik. Ali pengin sunat. Ali malu. Sudah sebesar ini belum di sunat ." Kata Ali tanpa basa-basi. Mendengar ucapan Ali, lik Madi pun kaget.

"Lha, memangnya kamu belum sunat to Li?" Lik Madi balik bertanya.

"Belum Lik. Emak belum punya uang untuk biaya sunat dan syukurannya." Ucap Ali menjelaskan alasannya kepada lik Madi.

"Bapakmu bagaimana? Bukankah bapakmu kerja di Jakarta? Pasti uangnya banyak. Masa gak bisa mbiayai sunatnya kamu." Tanya lik Madi.

"Ali tidak mau mengandalkan bapak. Ali pengin biayai sendiri." Kali ini Ali lebih serius dalam berbicara.

"Ohhhh... terus sekarang kamu mau bagaimana?" Lik Madi menatap serius ke arah Ali.

"Kalau cuma njaring ikan sama nyari rumput, uangnya hanya cukup untuk makan sama mbayar utang Emak di warung. Ali butuh uang tambahan untuk ditabung. Tolong carikan pekerjaan untuk Ali Lik? Apa saja. Yang penting halal. " Ucap Ali pada lik Madi.

"Beneran kamu mau kerja apa saja Li?"

"Iya lik. Ali mau kerja apa saja."

"Ya sudah. Besok kamu ikut lik Madi kerja jadi kuli bangunan. Lumayan Li. Dari pada nyari rumput." kata Lik Madi sambil menepuk pundak Ali. Mendengar hal itu Ali begitu bahagia.

"Beneran lik. Terima kasih lik. Besok Ali akan mulai kerja. Jam berapa lik berangkatnya?" Tanya Ali penuh semangat.

"Ya jangan besok Li. Kamu mesti pamit dulu sama pak Darso kalau kamu sudah tidak bisa mencari rumput lagi untuknya. Baru lusa kamu ikut kerja sama likmu ini." Jelas lik Madi pada Ali.

"Baik lik, besok aku akan pamit pada pak Darso dulu." Ali tersenyum bahagia. Dia pun segera mengajak lik Madi untuk memulai menjaring ikan.

Hari ini Ali mencari rumput untuk terakhir kalinya. Kebetulan kebun pak Sarwin sedang panen singkong. Ali pun diperbolehkan untuk mengambil daunnya. Lumayan bisa untuk tambahan pakan kambing pak Darso. Dia pun membawanya ke kandang. Sesampainya di kandang Ali bertemu dengan pak Darso. Ali langsung meletakkan rumput dan daun singkong yang sudah diperolehnya. Begitu selesai Ali langsung mendekati pak Darso untuk pamitan.

" Pak Darso, Ali mau pamitan. Mulai besok Ali tidak bisa mencari rumput lagi. Ali mau kerja di bangunan pak." Mendengar Ali berpamitan pak Darso pun kaget. Namun melihat wajah Ali yang polos pak Darso pun langsung meluluskan permintaannya. Selama ini Ali bekerja dengan baik. Dan inilah yang membuat pak Darso senang mempekerjakan Ali.

"Ya sudah. Kalau memang Ali maunya begitu. Ini bayaran untuk kamu. Dan ini bonus untuk kerja kamu yang baik selama ini." Senyum Ali langsung mengembang begitu melihat pak Darso menyodorkan uang gaji dan bonusnya.

"Terima kasih pak Darso." Ucap Ali sambil mencium tangan pak Darso.

"Kalau Ali tidak betah bekerja, Ali boleh kembali kerja sama bapak ya." Pesan pak Darso sembari mengelus kepala Ali.

"Iya pak. Terima kasih banyak pak Darso sudah baik sama Ali selama ini."

"Iya, sama-sama ya Li. Bapak juga berterima kasih karena Ali sudah membantu bapak selama ini."

"Ali pamit dulu pak Darso." Ucap Ali. Dia pun segera meninggalkan pak Darso sendirian di kandang.

"Iya." Pak Darso menatap kepergian Ali dengan senyuman. Diapun berdoa agar Ali mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah...akhirnya hantu gurusiana muncul lagi...he..he...sibuk ya Bun?

16 Mar
Balas

sibuk bun... ngolah nilai US dan raport semester 6...hehehe.. Sukses selalu bunda dan barakallah

17 Mar

Semoga pekerjaan Ali berikutnya, benar-benar bisa bikin nabung untuk sunat. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bunda Yanisa.

18 Mar
Balas

aamiin.. doa yang indah bunda.. sukses selalu bunda

18 Mar

Subhanallah, Bunda Yani muncul dengan cerita yang seger. Sukses selalu dan barakallah fiik

17 Mar
Balas

Sehat bunda Vivi. Lama tak bersua.. sukses selalu bunda dan barakallah

17 Mar

Semoga Ali cepat disunat ya....Rasanya ikut nelangsa...Sehat dan sukses selalu Bu Yanisa....

16 Mar
Balas

Bunda Rini sehat? lama tak bersua sukses selalu bunda dan barakallah

17 Mar

Habis gelap terbitlah terang, sehabis sibuk ngurus nilai terus menjemput fajar bersama Ali. Barakallah.

18 Mar
Balas

Iya kemaren sibuk pak Mardi.. hehehe.. semangat

18 Mar



search

New Post