Yanisa Yuni Alfiati

Guru SMA Negeri 1 Padamara Mapel Biologi Unnes ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjemput Fajar-9

Menjemput Fajar-9

Hari pertama kerja, Ali harus bangun jam empat pagi. Meski sudah diingatkan oleh juragannya semalam, Ali belum juga bangun. Pak Budi pun harus membangunkannya saat Ali sedang lelap-lelapnya tidur. Begitu mendengar suara juragannya, Ali langsung terbangun dan bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Pak Budi hanya tersenyum melihat Ali yang tampak gugup. Dengan telaten dan sabar pak Budi mengajari Ali bagaimana cara merawat burung-burungnya. Hanya butuh waktu sekitar satu jam untuk memberi makan burung-burung piaraan juragannya itu. Setelah selesai memberi makan burung, Ali akan mencuci mobil pak Budi. Baru kemudian Ali mendapatkan jatah sarapan. Biasanya rumah sudah kosong pada jam setengah tujuh. Setelah semua pergi, Ali akan melanjutkan bersih-bersih rumah dan kebun.

Untuk masak dan cuci setrika baju sudah ada pembantu yang lainnya. Sehingga pekerjaan Ali sudah selesai sekitar jam sembilan pagi. Kalau Ali mau, Ali akan melanjutkan dengan memandikan burung. Namun hal itu tidak selalu dia lakukan. Ali sudah bisa beristirahat sampai malam harinya. Kecuali jika ada pekerjaan tambahan seperti mencuci motor, membetulkan genteng atau apa saja, baru jam kerja Ali bertambah.

Ali sudah dianggap seperti anak sendiri. Selain usianya tak jauh dari anaknya, Ali juga termasuk anak yang rajin dan santun. Hal itulah yang membuat juragannya sayang kepadanya. Untuk jatah makan sendiri tiga kali sehari. Makanan yang dimakan sama seperti yang dimakan juragannya. Uang gaji yang diperoleh utuh. Ali bisa menabung semua uang hasil kerjanya.

Ali diperbolehkan jalan-jalan seminggu sekali jika semua pekerjaan telah selesai. Biasanya kang Sutar akan menjemput Ali ke rumah pak Budi. Ali akan keliling Jakarta untuk menemui teman-teman sekampungnya, termasuk menemui kakaknya Rahmat yang bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta. Informasi terbaru bapaknya sudah tidak kerja di Jakarta lagi tapi sudah pindah ke Sumatra. Menurut cerita orang-orang, bapaknya Ali sedang merintis kebun kopi di sana.

Biasanya Ali akan menitipkan uang untuk Emaknya jika ada teman satu kampungnya pulang. Ali sendiri hanya diperbolehkan pulang kampung satu tahun sekali pada saat lebaran. Alhamdulillah Ali masih bisa menabung dari hasil kerjanya. Sehingga pada saat dia pulang, uang tabungannya digunakan untuk membenahi rumahnya yang sudah rusak sana sini.

***

Satu tahun sudah Ali bekerja pada pak Budi. Melihat kerja Ali yang tak pernah berhitung dan sangat rajin dalam bekerja, pak Budi berencana untuk memberikan Ali fasilitas berupa sepeda motor.

"Li, kamu lihat sepeda motor bapak yang super cup itu?" Tanya pak budi sambil telunjuknya mengarah ke sepeda motor tahun 70 an.

"Iya pak." Jawab Ali.

"Nanti kamu latihan pakai sepeda motor bareng kang Sutar. Kalau sudah pinter, kamu bisa pakai untuk jalan-jalan setiap akhir pekan." Mendengar kalimat pak Budi, Ali benar-benar bahagia. Dia tak menduga sama sekali kalau juragannya itu mengijinkan dia untuk berlatih sepeda motor yang selama ini hanya bisa dinaikinya kalau sedang berhenti di garasi.

"Benar pak Budi, saya boleh latihan pakai sepeda motor? " Tanya Ali tak percaya. Pak budi pun tersenyum sambil memganggukkan kepalanya.

Ali langsung mendekat, diciumnya tangan pak Budi juragannya yang baik hati itu.

Hari ini Ali sudah tak sabar menunggu kedatangan kang Sutar. Dia ingin segera minta di ajari menggunakan sepeda motor milik juragannya itu. Berkali-kali dia melongok kearah jalanan. Berharap kang Sutar muncul di ujung gang. Hampir satu jam Ali menunggu sampai akhirnya orang yang dia tunggu pun muncul. Ali begitu bahagia membayangkan sebentar lagi dia bisa naik sepeda motor.

Melihat raut bahagia di wajah Ali membuat kang Sutar bertanya-tanya.

"Kamu kenapa Li? Habis dapat bonus." Tanya kang Sutar.

"Hehehe, gak kang. Aku cuma mau bilang kalau aku mau kang Sutar ngajarin aku naik sepeda motor. " Jelas Ali.

"Lah, memangnya kamu sudah beli sepeda motor Li?" Tanya kang Sutar.

"Yah... kang Sutar. Duit dari mana aku bisa beli sepeda motor kang?" Ali balik bertanya.

"Yah siapa tahu kamu dapat undian... Hehehe" Jawab kang Sutar ringan.

"Pak Budi sudah mengijinkan aku latihan sepeda motor. Nanti kalau aku sudah pintar, aku boleh pakai sepeda motor itu untuk jalan-jalan setiap akhir pekan bareng kang Sutar. Nih kuncinya." Ucap Ali sambil menunjukkan kunci motor yang sudah dipegangnya dari tadi siang.

Mereka pun segera belajar sepeda motor dilapangan depan, setelah meminta ijin terlebih dahulu pada pak Budi. Ali masih tampak kaku mengendarai sepeda motor itu. Maklum seumur-umur baru pernah dia menjalankannya. Satu putaran kang Sutar masih mengajarinya bagaimana cara menggunakan gas, rem, gigi, lampu sent dan klakson. Putaran kedua Ali mencoba duduk di depan sedang kang Sutar ada dibelakangnya. Semua berjalan lancar. Ali tampak mulai paham bagaimana melajukan sepeda motor itu dengan benar. Putaran ketiga dan keempat, Ali masih takut sendiri. Kang Sutar dengan penuh kesabaran melatih Ali belajar menaiki sepeda motor itu.

Merasa sudah benar-benar paham dan bisa mengendalikan gas dan rem. Ali pun meminta kang Sutar untuk turun. Ali menaiki sepeda motor itu seorang diri. Entah apa yang terjadi Ali yang sedari tadi tampak lincah menggunakan sepeda motornya, tampak lepas kendali. Motor itu melaju lebih cepat dan Ali tak kunjung menginjak remnya. Dan Brugggg..... sepeda motor itu menabrak pohon kelapa yang ada di pinggir lapangan. Hihihi... Ali... Ali....

Kang Sutar segera berlari mendekat. Ali tampak mengerang kesakitan. Sedang sepeda motor bagian depan rusak. Ali segera berdiri, sambil terus mengerang kesakitan. Sementara kang Sutar berusaha menstarter motor yang roboh tadi. Berkali-kali kang Sutar mencobanya, tapi sepertinya mesinnya mati. Melihat apa yang terjadi jantung Ali berdetak kencang. Wajahnya ketakutan. Membayangkan pak Budi akan memarahinya dan menyuruhnya untuk mengganti kerusakannya.

Kang Sutar pun ikut cemas. Segera dibawanya sepeda motor itu ke rumah pak Budi. Semakin dekat ke rumah juragannya jantung Ali semakin cepat berdetak. Rasa sakit ditangannya seolah hilang begitu saja. Pak Budi tampak berdiri didepan pintu. Dia tampak kaget melihat baju Ali sedikit kotor dan sepeda motornya itu dituntun. Pandangannya kemudian tertuju pada bagian depan motor yang penyok. Melihat itu pak Budi lantas tertawa. Pak Budi pun langsung mengacungkan jempolnya.

"Hebat kamu Li."

Tidak ada kemarahan sedikitpun ditunjukkan oleh pak Budi padanya.

"Alhamdulillah." Batin Ali. Lega rasanya melihat respon juragannya itu.

"Lain kali hati-hati ya. Besok kamu bawa sepeda motornya ke bengkel sebelah ya!" Ucap pak Budi sambil melihat luka ditangan Ali.

"Gak apa-apa, cuma sedikit memar. Besok juga sembuh." Pak Budi tertawa lepas. Kang sutar pun tampak bernapas lega.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, Pak Budi benar-benar juragan yang baik hati. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bunda.

18 Mar
Balas

Alhamdulillah bun... sukses selalu bunda dan barakallah

18 Mar



search

New Post